MENDAKI GUNUNG ITU SIA-SIA?
Barangkali ada yang pernah mendengar kalimat itu, atau kita sendiri yang pernah mengatakannya. Singkat, padat, namun sama sekali tidak berisi. Jika boleh dikelompokan, ada 4 golongan orang yang mengatakan seperti itu:
Golongan Pertama, Orang yang Belum Pernah Mendaki Gunung
Sangat dimaklumi jika yang mengatakan kalimat itu adalah orang pada golongan pertama. Mengapa? Jelas karena mereka belum pernah merasakan apa yang para pendaki itu rasakan. Bahkan menjadi wakil presiden sekalipun akan dianggap sia sia (sekedar mengingatkan, wakil presiden kita Boediono).
Golongan Kedua, Orang yang Pernah Mendaki, tapi Kapok
Ini adalah golongan orang yang kurang beruntung, sebenarnya ia sudah dekat dengan hobi yang sia sia ini, mungkin juga sudah dekat dengan orang yang hidupnya sia sia. Biasanya terjadi pada orang yang baru mendaki, tetapi mengalami kejadian kurang menyenangkan. Misal, diterjang badai, kecelakaan, atau nyasar. Jangan disalahkan gunungnya. Tapi coba lihat, mungkin anda salah memilih teman perjalanan, salah memilih waktu, atau salah memilih gunung yang akan didaki. jadi jangan menyerah untuk mencoba sekali lagi.
Golongan Ketiga, Orang yang pernah hobi mendaki, tapi sudah tidak mampu lagi
Bisa jadi ini golongan yang paling langka, biasanya terjadi pada orang yang pernah hobi mendaki namun gagal dalam kehidupannya. Gunung yang disalahkan, hobi mendaki di-kambing-hitam-kan. Atau orang yang sudah tak mampu mendaki namun belum menemukan makna yang sesungguhnya.
Golongan Keempat, Orang dengan tipe iya-iyain aja
Nah ini, sepertinya saya ada di golongan ini, dan mungkin ribuan bahkan jutaan orang lainnya juga ada di golongan ini. Kalau ada orang bilang “Mendaki gunung itu sia sia”, ya iya-in aja. Tapi jangan lupa, besok tetep packing dan lanjutkan petualangan.
Lalu, ada apa dibalik hobi yang menurut mereka sia sia ini? Kenapa kita masih tetap berada didalamnya? Tentu, karena kita mendapatkan apa yang orang lain tidak dapatkan.
Bagi saya sendiri mendaki itu seperti skema kehidupan. Ketika manusia mulai bermimpi, lalu melangkah untuk meraihnya, mendapat cobaan ditengah jalan, dan “Bingo!”, tercapailah bagi yang tak menyerah, seperti sunrise mahameru yang begitu banyak diimpikan orang.
Selain itu, manusia dan alam adalah 2 hal yang tidak bisa dipisahkan, menjaga dan merawatnya adalah keharusan yang tidak boleh kita tinggalkan.
…Lestarikan alam hanya celoteh belaka
Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu… (Iwan Fals)
‘Witing tresno jalaran soko kulino’, bagi yang sudah terbiasa dengan keindahan alam, dengan sendirinya ia akan malu kalau sampai merusaknya. Dan dengan terus mendaki, maka akan semakin besar kemungkinan kita untuk menyadari pentingnya kelestarian alam ini.
———–
Artikel pertama saya disini, mohon kritiknya. Jika berkenan berikan opininya, apa yang anda dapatkan dari hobi mendaki.
sumber :
http://pendaki.org/opini/dibalik-hobi-yang-sia-sia/